Kiat Mendongeng dengan Hati

Kiat Mendongen dengan Hati

Bunda punya kiat mendongeng dengan hati? Mendongeng atau berkisah adalah cara ampuh untuk menularkan gagasan, ide, idealisme, nilai dan norma, kepada anak kecil. Mendongeng memberikan naihat tanpa dijejali.

Kiat Mendongeng dengan Hati, Sesuatu yang dari Hati Akan Sampai Ke Hati


"Mendongeng atau berkisah ini mudah, sederhana dan menyenangkan."
Sebelum masuk pada kiat-kiat sukses mendongeng dengan hati, kita tanamkan anggapan bahwa mendongeng itu mudah, sederhana dan menyenangkan. Dengan mendongeng kita bisa dengan rileks, menanamkan nilai kepada anak tanpa harus berdebat dan marah-marah. (Yekan mak?)

Setelah lulus dengan penanaman kata mudah, sederhana dan menyenangkan itu berhasil, kemudian mulailah bercerita, dengan hati yang senang dan bahagia.

Manfaat Mendongeng

Sekarang saatnya kita cari tahu apa saja sih Mak manfaat mendongeng atau berkisah itu? Boleh dong sebut satu persatu, kalau kurang entar nambah ya. (Udah kaya makan bakso aja!)
  • Menanamkan nilai-nilai kehidupan
  • Membangun kemampuan literasi
  • Menyampaikan sejarah
  • Mengembangkan cara berfikir, imajinasi, emosi dan intimasi
  • Membahagiakan atau menghibur

Yuk mari, kita ulas sedikit tentang manfaat berkisah di atas. Sebagai contoh kita mengisahkan 'Uwais Al-Qarni', penghuni langit, orang miskin di dunia namun namanya terkenal di antara penghuni langit.

Uwais adalah anak yang sangat berbakti kepada oreng tuanya, do'anya selalu Allah kabulkan. Ada banyak hikmah yang terkandung di sana. Kisah seperti ini mampu membentuk karakter anak. Mengenalkan sebuah karekter dengan contoh. Sehingga anak paham akan maksud kata 'berbakti'.

Selanjutnya anak akan belajar kata baru, sehingga perbendaharaan katanya melimpah. Ananda juga bisa belajar percakapan dari kisah yang kita dongengkan. Seperti kata 'penghuni langit'.

Anak saya bertanya apa itu penghuni langit, setelah dijawab muncul lagi pertanyaan yang lain, karena keingintahuan anak yang tinggi. Dalam kisah yang kita ceritakan mengandung sejarah, menceritakan biografi seseorang yang memang pernah ada pada zamannya.

Dari kisah di atas, imajinasi anak akan berkembang, daya pikirnya betambah. Ketika kisah sedih dia akan menangis, ketika kisahnya lucu dia akan tertawa. Akhirnya menghibur dan menjadi candu.

Akan lebih menarik jika gesture dan mimik kita disesuaikan dengan kisah. Lebih hidup kisahnya

Gesture dan mimik ini adalah senjata andalan. Jadi kalau ceritanya sedih mimik kita juga harus sedih iyakan Mak? Biar anak belajar berekspresi juga.

Siapa hayo yang sudah merasakan dampaknya berkisah?


Kalau saya nih Mak, anak saya jadi cerewet. Jadi kata-kata dalam buku cerita atau kisah-kisah yang saya dongengkan itu membludak dalam percakapannya. Kenal kata-kata baku, dari buku cerita. Jadi anak cerewet bisa jadi karena emaknya nggak bosan bacain dongeng.

Cerita yang kita sajikan juga tidak harus dari buku Mak, kalau stok buku yang dibaca sudah habis. Kita bisa berkisah tentang masa kecil kita. Cerita tentang kakek dan juga neneknya.

Hal ini penting loh Mak, untuk menumbuhkan kedekatan antara Emak dan Ananda. Ananda juga jadi leluasa bercerita tentang pengalamannya bermain atau kegiatan belajar di luar rumah.

Bukankah ini poin penting untuk mengawasi gerak-gerik Ananda dengan kisah mereka? 


Biar tetap terkontrol, dan Emak tahu apa yang sedang dia pelajari di luar rumah. Bagaimana pergaulan mereka jika sudah beranjak remaja? Kedekatan seperti ini akan besar manfaatnya.


Lalu apalagi yang membuat berkisah itu mengesankan?


Ada beberapa poin nih Mak, dan ini Emak pasti setuju, cekidot!

  • Pilih cerita yang baik (isi cerita, disukai, dikuasai, sesuai dengan usia anak)
  • Waktu cerita saat anak istirahat
  • Menceritakan ulang, jika itu dari buku boleh dicatat poin-poin pentingnya untuk diingat. Jangan menghafalkan.
  • Boleh dengan peraga boleh tidak

Dulu pernah, anak saya nangis kejer pas jam-jam tidur malam, dibujuk untuk diam tidak mau, dia maunya pergi membeli jajanan. Saking bingungnya saya mulailah bercerita di antara jeritannya. Suara agak besar menyesuaikan, lalu semakin pelan ketika jeritannya memudar.

Emak bercerita tentang seorang gadis yang tinggal di hutan bersama neneknya. Ia menjerit-jerit, menangis tanpa diketahui sebabnya. Kemudaian saya mencontohkan jeritannya ... Dari situ ia mulai diam mendengarkan kisah saya, yang saya dapat secara spontan.

Ending kisah itu, anak perempuan tadi diam karena tiba-tiba terdengar suara harimau mengaum. Dan dengan berakhirnya kisah tadi Aida berhasil tidur dalam gendongan saya. Fiuh!

Seperti saya, ketika Mbah Kakung dari Ibu masih gesang, senang kalau beliau bercerita tentang zaman peperangan. Bagaimana mereka membuat tempat persembunyian di bawah dipan/ranjang atau bersembunyi di alas/hutan.

Menceritakan tentang bambu runcing, serta takbir dan seruan terhadap Allah, bergemuruh di setiap dada mereka. Mulutnya yang fasih mengisahkan seolah di depan matanya masih tergambar jelas peperangan itu.

Begitu pula kisah Simbah Soinangun (Putri) ibunya Bapak. Mengisahkan tentang perjuangannya berdagang, ia menggendong dagangan, menaiki pegunungan menoreh, di atas sana beliau berjualan pakaian. 

Ketika di jalan bertemu begal, ia justru berpura-pura menyangka bahwa orang itu adalah buruh panggul. Simbahku ini terkenal 'tegas' dan nada suaranya tinggi. Bahkan begal aja jiper, disuruhnya bantuin angkat dagangan.

Jika saya merasa sangat suka terhadap dongeng, begitu juga dengan anak-anak, pikir saya.



Tips Mendongeng dengan Hati


Awalan berkisah atau membacakan buku, hal ini bisa dicoba saat anak menjelang istirahat (tidur siang atau malam). Saat itu anak sudah kelelahan dengan aktivitasnya. Jadi anak akan fokus untuk mendengarkan kisah yang akan kita baca.

Mendongeng bisa divariasikan, bisa dengan menggunakan peraga, atau hanya dengan mimik dan gestur. Bisa juga dengan membedakan suara tokoh.

Yuk mari Mak-emak, kita kiat mendongeng dengan hati yang mana saja yang sudah klik dengan Bunda?
Sukma (lantanaungu.com)
Lantana Ungu adalah seorang Ibu dengan dua orang putri, menyukai dunia literasi dan berkebun. Memiliki 11 karya antologi dan sedang ikut serta dalam beberapa proyek buku antologi. Sangat tertarik dengan dunia parenting, terutama parenting Islami. Email Kerja Sama: sukmameganingrum@gmail.com

Related Posts

2 komentar

  1. Seneng dongeng...
    Apalagi kisah yang aku karang-karang sendiri (pengembangan ini bisa mengajak anak untuk berimajinasi juga...)

    BalasHapus

Posting Komentar